SelaMat Datang di Website Syaidina Hamzah kontak : 085383219597 / 087894690221

Sabtu, 03 Desember 2011

Sejarah Jabon

Di wilayah Sabah, Malaysia pohon Jabon mampu tumbuh di kawasan hutan dipterocarp yang berada di dataran rendah. Hebatnya, tanaman ini mampu tumbuh dengan baik, termasuk di kawasan yang sebelumnya sudah rusak karena adanya aktivitas pertambangan dengan menggunakan peralatan berat.

Menurut Backer dan Van Den Brink Bakhuizen (1965), ditemukan bahwa sebagian besar jenis tanah yang berada di kawasan Sabah adalah tanah liat atau tanah liat loams yang berasal dari serpihan sedimen pasir, batu pasir, kerikil dll. Masih menurut Backer dan Bakhhuizen pula, pohon Jabon mampu pula tumbuh di kawasan tanah payau. Inilah yang membedakan dengan hutan rawa gambut yang cenderung tidak memiliki daya tahan terhadap air garam.

Di Filipina (Monsalud dan Lopez, 1967), di Jawa (Backer dan van Bakhuizen den Brink, 1965) dan di New Guinea (J. F. Pollard, p.c.), ditemukan tanaman ini pada ketinggian 3000 kaki, berada di hutan primer. Wyatt-Smith (1965) menyebutkan, bahwa tanaman Jabon merupakan jenis tanaman sungai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tanaman ini ditemukan di kawasan tepi sungai yang baru terkena banjir sehingga tanahnya menjadi tanah accreting, dan terutama berada di kawasan tikungan sungai.

Kesimpulan

Dari berbagai penelitian dan penemuan yang dilakukan oleh para ahli tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan terhadap pohon Jabon. Salah satunya adalah bahwa jenis tanaman ini, memiliki daya tahan yang kuat dalam pertumbuhannya. Selain itu, pohon Jabon mampu tumbuh di segala kondisi yang memiliki aneka ragam karakter, sehingga tidak memerlukan banyak adaptasi dalam pengembangannya.

Dalam proses pembibitannya pun, bisa dilakukan dengan mudah sebab pohon Jabon tergolong sebagai tanaman yang mudah menyebar secara alami. Sehingga, selain bisa dikembangkan dengan cara buatan tanaman ini sangat mungkin untuk tumbuh secara alamiah di lahan pertanian.

Pohon Jabon pun bisa dikembangkan termasuk pada jenis lahan yang memiliki tingkat kekritisan tinggi karena berbagai faktor. Baik itu faktor alami, maupun kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Chong (1965), Anthoeephalus chinensis dikatakan sebagai tanaman yang datang untuk mengatasi “ketidak produktifan” hutan rawa di kawasan Durian- Medang.
oleh karena itu, bagi Anda yang ingin membudidayakan tanaman Jabon sebagai media investasi, kiranya tidak perlu takut akan kondisi lahan yang dihadapi. Sebab, para pakar tanaman hutan sudah memberikan bukti serta fakta tentang kemampuan pohon jabon untuk bisa dikembangkan dalam berbagai kondisi lahan. Termasuk di antaranya lahan yang sudah rusak sekali pun. pohon Jabon

0 komentar:

Posting Komentar

 
Selamat Datang Di Website Jabon